Judul : Cinta Jangan Kau Pergi
Ide cerita : Cinta Perlu Pengorbanan
Tokoh : Tiara, Bayu, Orang tua mereka
Latar Cerita : Sekolah (SMA Taruna Pelita), Universitas, Sumatera, Kalimantan
Suasana : Haru
Pagi menyeruak diantara dedaunan pinus yang tumbuh subur di halaman SMA Taruna Pelita. Dibelakangnya, bunga sepatu bersemi indah, lelap dihinggap kumbang. Tak ubahnya tanaman perdu lain yang harumnya diantar angin sepoi. Tiara bersepeda santai memasuki gerbang sekolahnya karena jam masih menunjukkan pukul 06.30. Itu artinya dia jauh dari kata terlambat.
Seperti halnya bunga yang sedang mekar, banyak kumbang ingin menghisap madunya pagi itu, dan pagi-pagi sebelumnya. Tiara hanya tersenyum saja. Gadis itu memang sangat pandai, cantk, dan berakhlak baik. Sehingga mampu memikat hati para lelaki. Termasuk Bayu, kekasih hatinya. Mereka jatuh cinta sejak pertama kali dipertemukan di ajang olimpiade fisika nasional. Merekapun bersaing untuk memperebutkan juara umum pada setiap tahun ajaran.
Seperti halnya bunga yang sedang mekar, banyak kumbang ingin menghisap madunya pagi itu, dan pagi-pagi sebelumnya. Tiara hanya tersenyum saja. Gadis itu memang sangat pandai, cantk, dan berakhlak baik. Sehingga mampu memikat hati para lelaki. Termasuk Bayu, kekasih hatinya. Mereka jatuh cinta sejak pertama kali dipertemukan di ajang olimpiade fisika nasional. Merekapun bersaing untuk memperebutkan juara umum pada setiap tahun ajaran.
Hari-hari Tiara dan Bayu dihiasi dengan canda tawa dan kegembiraan. Mereka saling menyayangi layaknya saudara. Dengan prestasi yang terus melejit, mereka mampu membuat orang tua bangga. Tak terasa, waktu cepat sekali berlalu. Mungkin dunia berputar terlalu cepat. Mereka lulus dengan nilai yang sangat baik, dan diterima di perguruan tinggi yang sama dengan mudah. Di perguruan tinggipun demikian. Mereka mampu menunjukkan prestasi di bidang masing-masing, dan lulus dengan predikat 'lulusan terbaik'. Bahkan mendapatkan pekerjaan yang telah mereka cita-citakan sejak kecil. Mereka senang sekali. Cinta seolah mampu membuat semua hal menjadi mudah.
Namun malang tak dapat ditolak. Bayu diterima sebagai salah satu karyawan di sebuah perusahaan swasta di Pulau Kalimantan . Sedangkan, Tiara diterima sebagai sekertaris di salah satu perusahaan bertaraf internasional di Sumatera. Itu artinya, Mereka harus berpisah. Kesetiaan mereka teruji. Tiara menangis di samping Bayu karena tidak ingin berpisah. Bayu membelai lembut kepalanya, dan berusaha menenangkan.
“Sudahlah Tiara, tak usah kau tangisi. Suatu saat, kita pasti bertemu. Akan kuajukan surat permohonan, agar aku dipindahkan ke salah satu cabang yang ada di Sumatera. Agar kita bisa bersama. .ya?”.
Tiara tetap menangis, namun menjawab dengan anggukan kepala. Bayu tersenyum meskipun batinnya berkecamuk. Sesungguhnya dia sendiri tak yakin bisa pindah ke Sumatera, karena bosnya telah merencanakan kenaikan jabatan untuknya bulan depan, bila dia tetap bertahan disana.
“Sudahlah Tiara, tak usah kau tangisi. Suatu saat, kita pasti bertemu. Akan kuajukan surat permohonan, agar aku dipindahkan ke salah satu cabang yang ada di Sumatera. Agar kita bisa bersama. .ya?”.
Tiara tetap menangis, namun menjawab dengan anggukan kepala. Bayu tersenyum meskipun batinnya berkecamuk. Sesungguhnya dia sendiri tak yakin bisa pindah ke Sumatera, karena bosnya telah merencanakan kenaikan jabatan untuknya bulan depan, bila dia tetap bertahan disana.
Tiara tak bisa tenang. Dia meminta izin pada ayah dan ibu untuk melepaskan pekerjaan demi bersama dengan Bayu. Ibunya tak kuasa menyaksikan anak semata wayangnya bercucuran air mata karena tak bisa bersama dengan lelaki yang sejak dulu telah bersamanya. Sedangkan ayahnya murka.
“Kamu ini bagaimana Tiara? Sudah dapat pekerjaan bagus, kok mau dilepas? Apa kamu pikir mencari pekerjaan itu mudah? Mestinya kamu bersyukur. Belum lagi kalau kamu berencana punya anak. Mau dikasih makan apa anakmu nanti, ha? Bapak-ibumu ini kian renta. Sudah tak mampu lagi membiayaimu seperti dulu. Ingat itu.”
Tiara bimbang. Kegalauan menyesaki dadanya. Dia mengerti maksud orang tuanya. Tapi hatiya tak bisa berbohong. Dia akan merindukan Bayu. .
“Kamu ini bagaimana Tiara? Sudah dapat pekerjaan bagus, kok mau dilepas? Apa kamu pikir mencari pekerjaan itu mudah? Mestinya kamu bersyukur. Belum lagi kalau kamu berencana punya anak. Mau dikasih makan apa anakmu nanti, ha? Bapak-ibumu ini kian renta. Sudah tak mampu lagi membiayaimu seperti dulu. Ingat itu.”
Tiara bimbang. Kegalauan menyesaki dadanya. Dia mengerti maksud orang tuanya. Tapi hatiya tak bisa berbohong. Dia akan merindukan Bayu. .
***
Dari pantai, ombak dan buih merapat, kemudian bergulung. Menerpa kaki-kaki dua orang muda-mudi yang berkejaran. Tawanya riuh dibelai angin pantai. Rambut pirang si wanita mengalun lembut diiringi senyumnya yang manis. Tertawa melihat sang pemuda tertatih mengejarnya. Berusaha meraih tangannya. Pemuda itu, Bayu !
***
Tiara berlari menjauh dengan derai air mata di pipi tatkala melihat Bayu, sang pujaan hati, yang ia perjuangkan demi untuk bersamanya, tengah bercanda mesra dengan seorang wanita, ketika ia ingin memberikan kejutan di hari spesial itu : Hari ulang tahun Bayu. Habis sudah kekuatan Tiara. Lututnya bergetar. Jatuh sudah bunga dan kue ulang tahun yang dibawanya jauh-jauh dari Sumatera khusus untuk Bayu. Hancur. Menyatu dengan tanah. Seperti hatinya saat itu. Pupus sudah harapannya untuk bersama dengan Bayu. Tak terdengar lagi olehnya kata-kata Bayu yang memanggil-manggil namanya. Tiara tak habis pikir. Dimana cinta Bayu yang selama ini membelai lembut kepalanya? Adakah dosa yang diperbuat Tiara kepada Bayu, setelah bertahun ia mempertahankan kesetiaannya meski banyak kumbang ingin menjamah? Hari itu juga, dia pulang ke rumah orang tuanya, menangis di pelukan sang bunda. Malam itu, adalah malam terburuk bagi Tiara.
Sabtu, 28 - 11 - 2007
Dear Diary. . . .
Kukira Bayu adalah yang terbaik untukku
Kukira hubungan ini tak akan pernah koyak
Kukira selama ini, aku berada di sekat orang yang tepat
Kukira cinta ini kukuh dan tak akan goyah
Ternyata TIDAK !
Tak pernah kusangka, Bayu setega itu padaku
Dia berubah. sangat berubah !
Jahatnya
Jahat ! Jahat !
Aku memang terlalu bodoh !
Seakan lupa kalau semua lelaki itu sama saja
Musang berbulu domba !
Ya Allah, tegarkanlah aku
Kuatkan aku
Jangan biarkan aku menangisinya
Bila dia memang bukan jodohku, maka jauhkanlah
Pilihkanlah laki-laki yang benar baik untukku
Namun bila dialah jodohku, maka dekatkanlah
Jadikan aku sebagai salah satu wanita berhati pemaaf.
Berikan kami ketenangan batin, dan jauhkan kami dari amarah
Amin.
Mutiara
Diluar, embun berkawan dengan hawa dingin. Mengabarkan sejuta kata hati dari jiwa-jiwa yang bisu. Yang bicara melalui tatap-tatap mata. Teratai putih bernoda hujan. Namun sejatinya masih tetap putih. Dari arah pintu, terdengar suara :
“tok..tok..tok..”
Tiara masih bermata sembab. Diletakkannya toples pop corn di samping gelas kosong yang bersanding dengan obat penenang dan serpihan vas bunga yang menjadi pelampiasan amarahnya. Malas rasanya menjamah gagang pintu.
“siapa?”
Tanya tiara dari dalam kos-kosan. Tak ada jawaban. Tiara mengerutkan dahi, kemudian dia bertanya lagi..
“siapa??”.
Tetap tak ada jawaban. Dengan dengus kesal, Tiara membuka pintu. Alangkah terkejutnya, Bayu ada di depan pintu ! Telah berlutut dengan derai air mata dan seonggok karangan bunga layu yang dibawa Tiara dariSumatra hari itu. Tiara hampir membanting pintu. Namun Bayu telah menggenggam kakinya erat-erat. Meminta maaf, dan menjelaskan panjang lebar bahwa itu kekhilafannya, kesalahan terbodohnya. Baru pertama kali Tiara melihat Bayu seperti itu. Sejatinya, jauh di lubuk hatinya, Tiara mengakui bahwa ikatan cinta mereka terlanjur kuat. Dan diapun masih menginginkan Bayu.
“tok..tok..tok..”
Tiara masih bermata sembab. Diletakkannya toples pop corn di samping gelas kosong yang bersanding dengan obat penenang dan serpihan vas bunga yang menjadi pelampiasan amarahnya. Malas rasanya menjamah gagang pintu.
“siapa?”
Tanya tiara dari dalam kos-kosan. Tak ada jawaban. Tiara mengerutkan dahi, kemudian dia bertanya lagi..
“siapa??”.
Tetap tak ada jawaban. Dengan dengus kesal, Tiara membuka pintu. Alangkah terkejutnya, Bayu ada di depan pintu ! Telah berlutut dengan derai air mata dan seonggok karangan bunga layu yang dibawa Tiara dari
Tiara luluh. Menangis sejadi-jadinya. Terduduk di hadapan Bayu, dan memeluknya. Memang tak ada yang tahu rencana Tuhan. Memang takdir mereka adalah untuk bersama-sama. Hari itu juga, Bayu melamar Tiara. Cincin sebagai lambang keseriusannya telah melingkar di jari manis Tiara. Hari pernikahan akan segera tiba. Tekatnya sudah bulat. Tiara melepaskan pekerjaannya. Karena bagaimanapun juga, ia ingin membangun bahtera rumah tangga bersama Bayu. Membuka lembaran baru, dan hidup bersama dengan bahagia.








