Dan untuk sebuah rasa yang dihunjukkan kepada seorang pujangga sedih.
Mungkin benar cinta tak punya mata,, namun ia bernaluri.. kadang tak diperlukan mata untuk melihat, seperti pada kenyatannya, mereka yang buta kadang lebih 'melihat' daripada yang 'melihat' secara ragawi.
Dan hanya sebuah kisah indah antara 2 orang hamba yang tak tau apa-apa
Berawal dari sebuah nama yang menyemai benih, kemudian menunggu waktu menjawab.
dan inilah jawabannya ; mungkin memang ditakdirkan untuk bersama
Memang tak mudah.
Banyak di atara teman bertanya : bagaimana bisa? bagaimana sanggup? bagaimana mungkin?
tapi tak ubahnya karang diam tergerus ombak dan menua ; aku tak tahu.
Entah bagaimana ceritanya. . Waktu yang menjawab semuanya
Akupun tak tau bagaimana dulu kita bisa bertahan..
Mungkin bila tidak, cerita ini sudah berakhir dari dulu... Mungkin Allah punya sesuatu yang lain. sesuatu yang mengajarkan kita tentang setia, atau tentang pelajaran masa lalu. Dan aku (kami) berharap itu adalah pelajaran untuk setia.
Ya..
Atau mungkin aku hanya bertemu dengan seorang pujangga sedih yang sangat tepat.
Meski kami berbeda. sering kali berselisih pendapat bahkan untuk hal-hal kecil. sering sekali berikan perih. Mungkin itu yang dinamakan menyayangi. tak harus sama satu sama lain. hanya 'menyatukan pikiran' seperti yang ayah sering katakan padaku ketika seseorang ingin menikah.
Aku (mungkin kami)pun tak mengerti bagaimana kisah ini terjalin setelah berbagai macam dera dilalui
ini semua sangat membingungkan.
Tapi apapun itu, aku yakin kami hanya berjalan di atas rel-rel canggih yang tak tau kapan dibuatnya, dan kita hanya tinggal menaiki roda-roda di atasnya dan berdoa.
Apapun itu, aku yakin ini yang terbaik untuk kami.
Kita tak akan pernah tau masa depan, dan terlalu jauh untuk masa lalu
Maka, adaikata kita tak bisa bersama kelak, tak akan pernah kusesali apa yang kudapat hari ini tentangmu, karena kau berikanku waktu untuku belajar menjadi lebih baik daripada hari kemarin, tentang hidup untuk hari esok, pun berikanku sejarah indah sebagai cerita untuk anak-cucuku kelak.
Terimakasih untuk hari ini, kemarin, dan esok.
Maafku untuk hari ini, kemarin dan esok.
Untuk yang tersayang : rizuki chan wa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar